BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tingkah laku individu merupakan manifestasi dari beberapa kebutuhan dan ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kata lain setiap tingkah laku individu itu selalu terarah pada satu objek atau suatu tujuan pemuasan kebutuhan yang memberikan arah pada gerak aktivitasnya. Ketegangan-ketagangan dan konflik-konflik batin akan timbul pada seseorang apabila kebutuhan-kebutuhan hidup yang sifatnya vital terhalang atau dirinya mengalami frustrasi.
Menurut Maslow dalam Hendrarno, dkk (2003:9) pada hirarki dorongan kebutuhan , disebutkan bahwa ‘tingkat-tingkat kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri’ Maka demi kelancaran hidup individu, kebutuhan tersebut harus mendapatkan pemuasan atau harus dicukupi. Kebutuhan –kebutuhan tersebut tidak boleh senantiasa dihalangi sebab jika orang terus menerus mengalami frustrasi , individu akan selalu diliputi oleh stress, ketegangan, dan ketakutan, sampai mengalami mental ‘break down’ atau kepatahan mental. Selama individu masih bisa menemukan jalan keluar yang wajar untuk memecahkan kesulitan hidupnya serta pemenuhan kebutuhan, selama itu akan menjamin kesehatan jiwa dan keseimbangan mentalnya, sebab kepuasan jasmani dan kepuasan psikis dalam pemenuhan kebutuhan itu merupakan alas fundamental bagi kesehatan mentalnya, sehingga individu akan :
1. Dapat merasakan ketenangan dan ketentraman hidup,
2. Mampu melihat dan menilai realita secara obyektif,
3. Mampu untuk menerima dirinya sendiri,
4. Mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani,
5. Mampu belajar dari pengalaman hidupnya,
6. Mampu untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya,
7. Mampu menghadapi permasalahan yang muncul, serta
8. Mampu untuk memahami dan menerima orang lain.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yaitu Bagaimana siswa dapat memperoleh keterampilan belajar pada bidang :
1. diri pribadi
2. lingkungan belajar
3. sosio emosional
1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Gangguan siswa dalam belajar”
1.4 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari observasi ini adalah untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang sedang dialaminya. Sehingga siswa dapat berkembang secara optimal dalam batas – batas potensinya.
1.5 Manfaat
Manfaat dari observasi ini adalah meningkatkan profesionalisme sebagai penggerak pendidikan didalam meningkatkan mutu hasil pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang dipandang tepat dalam membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan belajar adalah melalui layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan interaksional, di mana dalam pendekatan tersebut menitik beratkan interaksi atau hubungan timbal balik antar anggota, anggota dengan leader (pemimpin kelompok) dan sebaliknya, yang akan Nampak dalam dinamika kelompok. Interaksi itu selain berusaha bersama untuk dapat memecahkan masalah juga setiap anggota kelompok dapat belajar untuk mendengarkan secara aktif, melakukan konfrontasi dengan tepat, memperhatikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap anggota lain. Di dalam kelompok, anggota kelompok akan saling menolong, menerima, berempati dengan tulus. Keadaan ini membutuhkan suasana yang positif antara anggota, sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif dalam diri mereka. Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan atau bertindak dengan memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri.
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di SMA N 3 Gorontalo diperoleh data berupa jumlah guru BK yakni sebanyak 7 orang dengan gelar S.Pd. dengan jumlah 7 orang guru BK yang ada di SMA 3 itu menandakan bahwa adanya keseimbangan antara jumlah guru Bk dengan jumlah siswa yang ada di SMA N 3 Gorontalo.
Dikatakan adanya keseimbangan karena 1 guru Bk dapat menangani siswa sebanyak 150 orang jadi kalau jumlah guru bk ada 7,maka hitungan secara matematisnya adalah 7 x 150 orang = 1050 orang . Kalau dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada sebanyak 1000 orang, maka dapat dikatakan mempunyai keseimbangan.
Dengan adanya keseimbangan itu, maka berdampak pada pelaksanaan program bk itu sendiri di SMA N 3 berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator bk, maka dapat didapatkan informasi bahwa permasalahan- permasalahan yang banyak dialami siswa adalah pada bidang keterampilan belajar, diri pribadi, lingkungan belajar dan sosio emosional. Data-data ini dapat diperoleh dari hasil pengolahan alat ungkap masalah (AUM).
Selama masalah yang diperoleh dari hasil AUM, didapatkan informasi dari beberapa siswa bahwa di SMA N 3 Gorontalo proses pembelajarannya lebih mengedepankan prestasi dalam bidang akademik sedangkan kegiatan non akademik seperti kegiatan ekstrakulikuler belum dilaksanakan dengan baik. Mereka mengatakan bahwa di sekolah mereka jarang dilaksanakan kegiatan pengembangan diri, misalnya kegiatan pengembangan minat dan bakat. Mereka berharap adanya keseimbangan antara kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa Dengan adanya program layanan bimbingan dan konseling pada siswa disekolah dapat meningkatkan keterampilan belajar dan mengatasi masalah atau gangguan yang dihadapi siswa menyangkut tentang pengembangan diri dalam belajar.
3.2. Saran
Sebaiknya kegiatan – kegiatan yang dapat mengembangkan diri siswa dapat terus menerus dilakukan agar permasalahan – permasalahan yang dihadapi siswa dapat segera diketahui sehingga masalah – masalah tersebut dapat segera diatasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta, Jakarta
Fauzan, Lutfi, 1994, Pendekatan-pendekatan Konseling Individu, Elang Mas Malang
Hendrarno, Supriyo, Sugiyo, 2003, Bimbingan dan Konseling, UNNES, Semarang.
Margono, 2005, Metode Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta
Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Ghalia Putra, Jakarta
----- 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar